Jakarta – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memastikan sudah melobi pemerintah Joko Widodo agar menolak Tim Nasional (Timnas) sepak bola Israel bertanding di Bali dalam gelaran Piala Dunia U-20.
“Saya pribadi sudah melakukan lobi-lobi sejak Agustus 2022 lalu ke pemerintah untuk memberikan masukan,” ujar Hasto , Senin (27/3/2023).
Menurut Hasto, ada potensi bahaya terkait dengan kehadiran Israel ke Indonesia. Akan tetapi, ia mengatakan situasional lobi tersebut diperburuk dengan pernyataan pihak Israel.
“Diperburuk setelah terakhir Menteri Keuangan dari Israel menyatakan bagaimana bangsa Palestina tidak ada,” tuturnya
Hasto mengatakan banyak pihak memprotes pernyataan Menteri Keuangan Israel tersebut. Mulai dari Eropa Barat, Amerika Serikat, dan Vatikan. Oleh sebab itu, PDI Perjuangan melihat ada kecenderungan persoalan tersebut terkait agama.
“Padahal ini bukan persoalan agama, ini persoalan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,” kata dia.
Ia juga mengatakan bukan hanya Gubernur Bali Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang getol menolak kedatangan Israel. Namun penolakan terjadi jua dari kader PDI Perjuangan di Surabaya, Jawa Timur. Hasto mengklaim PDI Perjuangan punya kesadaran ideologis dan historis terhadap Palestina.
“Apalagi setelah kami melihat berbagai dokumen dokumen tentang Konferensi Asia Afrika yang mendukung kemerdekaan Palestina,” ujar Hasto.
Hasto juga menegaskan penolakan timnas Israel ke tanah air sebagai upaya menjaga marwah Indonesia. “Manfaat (penolakan) Pak Wayan Koster dan Pak Ganjar Pranowo muncul dari suatu kesadaran ideologi sebagai kader partai untuk menjaga Marwah Indonesia,” ujar Hasto.
Akan tetapi, menurutnya, PDI Perjuangan masih mencari jalan agar Timnas Israel tetap bisa bermain dalam Piala Dunia U-20. “Kami percaya Pak Presiden Jokowi mampu mencari suatu jalan tengah yang sangat baik, misal pertandingan Israel diadakan di Singapura,” tuturnya.
Hasto juga mengatakan surat terkait penolakan Timnas Israel ke Bali yang diteken Koster merupakan dokumen tertutup. “Akan tetapi, kan, bocor. Berarti itu kehendak dari Tuhan Yang Mahakuasa untuk kita respons sebaik-baiknya,” kata dia.
“Yang penting cita-cita kita membangun sepakbola itu jauh lebih penting daripada sekadar untuk jadi event organizer sepak bola,” imbuhnya.
Ia juga menyoroti soal penolakan 2 Gubernur yang berdampak kepada pembatalan drawing. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah konsekuensi.
“Suatu sikap yang memerlukan kekokohan dalam prinsip membawa konsekuensi, ya itu bagian dari konsekuensi pilihan,” ucapnya.
Hasto mengatakan konsekuensi tersebut lebih baik dari pada Bali terancam. Sebab, menurutnya, hal tersebut perlu diwaspadai.
“Karena Bali ini akan sangat bagus untuk mengangkat isu-isu internasional. Kita memberikan toleransi 0 persen terkait dengan potensi-potensi yang bisa menyebabkan adanya persoalan di Bali,” ujar Hasto.
“Karena, Bali ini kan nilai-nilai kemanusiaan itu akan tumbuh menjadi tradisi kehidupan masyarakat. Ini lagi dijaga Pak Koster,” tutup Hasto. (*)