Bandar Lampung – Anggota DPRD Provinsi Lampung sekaligus Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Lampung, Aprilliati mengajak masyarakat Lampung, khususnya Bandar Lampung untuk bijak dalam bermedsos.
Hal ini disampaikannya saat menggelar sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di Kelurahan Pematang Wangi, Tanjung Senang, Bandarlampung (30/1/2023).
Menurut April, media sosial memiliki dampak positif dan juga negatif bagi kita dalam kehidupan bermasyarakat. “Baru-baru ini kita disuguhkan kabar hoax yang dilakukan seorang ibu di Mesuji yang menyebarkan berita ujaran kebencian tentang partai kami (PDI Perjuangan) terkhusus Ibu Ketua Umum. Nah, ini contoh dampak negatif dari adanya media sosial,” jelasnya.
Hal ini, menurutnya karena kurang ditanamkannya nilai-nilai Pancasila dalam diri seseorang. “Makanya selalu saya tegaskan, jangan hafal lima silanya saja, pahami dan implementasikan juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” ucap Anggota Komisi V DPRD Lampung ini.
Sementara, Ketua Bamusi PDI Perjuangan Lampung Ust Suparman Abdul Karim yang menjadi narasumber dalam sosialisasi tersebut mengingatkan kepada masyarakat untuk membentengi diri dari hal-hal yang merusak Pancasila di tengah masyarakat, seperti halnya Paham Radikalisme.
“Akhir-akhir ini kita disuguhkan pemberitaan mengenai Khilafatul Muslimin yang notabenenya tidak percaya terhadap pemerintah dan kerap melakukan ujaran kebencian terhadap pemerintah. Ini harus kita hindari. Caranya dengan memahami nilai-nilai dalam Pancasila,” jelas Suparman.
Sebab menurutnya, radikalisme bisa menyusup ke tengah masyarakat karena ideologi kita mulai terkikis. “Usia remaja juga merupakan fase yang paling rawan dalam membentuk pola berpikir. Masa tersebut merupakan saat pikiran seorang individu sedang mencari jati diri,” ucapnya.
Suparman menjelaskan kenapa bisa muncul paham radikalisme dan terorisme di masyarakat dengan dalih agama. Menurutnya, agama yang berasal dari tuhan itu suci tapi menjadi tercemar ketika sudah sampai ke manusia.
“Ketika agama diturunkan kepada nabi dan utusan ini masih suci, ketika ditransfer ke penyampai agama mulai tercemar apalagi ini sudah beribu tahun jaraknya. Jadi tidak semua penceramah atau penceramah itu maunya Allah seperti itu, sehingga bisa ada malpraktik agama,” kata dia.
Ia melanjutkan, radikalisme dan terorisme adalah virus, sedangkan vaksinnya yang paling efektif adalah menggunakan bahasa agama. Pemikiran tersebut harus dilawan dengan pemikiran kepancasilaan dan disosialisasikan langsung ke masyarakat. (*)